Sejarah Amerika Serikat

Amerika Serikat terletak di tengah-tengah benua Amerika Utara, dibatasi oleh Kanada di sebelah utara dan Meksiko di sebelah selatan. Negara Amerika Serikat terbentang dari Samudra Atlantik di pesisir timur hingga Samudra Pasifik di pesisir barat, termasuk kepulauan Hawaii di lautan Pasifik, negara bagian Alaska di ujung utara benua Amerika, dan beberapa teritori lainnya.
Penetap pertama wilayah yang kini menjadi Amerika Serikat berasal dari Asia sekitar 15.000 tahun yang lalu. Mereka menyeberangi jembatan darat Bering ke Alaska.
Selanjutnya, penduduk asli Amerika bermukim di wilayah tersebut selama ribuan tahun sebelum kedatangan para kolonis Eropa. Pada tahun 1492, Christopher Columbus berhasil mencapai Amerika. Orang-orang Inggris lalu bermukim di Jamestown, Virginia pada tahun 1607. Permukiman ini dianggap sebagai permukiman pertama di Amerika Serikat. Selanjutnya, Amerika Serikat terus didatangi oleh orang-orang Inggris. Orang Perancis, Spanyol, dan Belanda juga bermukim di sebagian Amerika Serikat.[2] Pada tahun 1770-an, tiga belas koloni Inggris meliputi dua setengah juta penduduk. Koloni-koloni ini tumbuh dan berkembang dengan pesat, serta mengembangkan sistem politik dan hukum sendiri. Meskipun demikian, perkembangan koloni-koloni Inggris berakhir tidak baik bagi penduduk asli Amerika, karena banyak dari mereka yang tewas akibat penyakit, dan mereka kehilangan negeri mereka.
Parlemen Inggris menegakkan otoritasnya atas koloni-koloni ini dengan menetapkan pajak baru, yang dianggap inkonstitusional oleh orang Amerika karena mereka tidak terwakili di Parlemen.[3] Konflik yang memanas berujung pada perang penuh yang dimulai pada April 1775. Setelah melalui Revolusi Amerika, koloni-koloni menyatakan kemerdekaan dari Kerajaan Britania Raya pada tanggal 4 Juli 1776 dan mendirikan Amerika Serikat.
Dengan dukungan militer dan keuangan berskala besar dari Perancis serta kepemimpinan Jenderal George Washington, Pasukan Patriot memenangkan Perang Revolusi dan perdamaian disepakati pada tahun 1783. Selama dan setelah perang, 13 negara bersatu di bawah pemerintah federal yang ditetapkan melalui Pasal-Pasal Konfederasi. Ketika dokumen ini tak lagi bekerja dengan baik, Konstitusi baru ditetapkan pada tahun 1789 dan hingga ini menjadi dasar bagi pemerintah federal Amerika Serikat, dan kemudian hari meliputi pula Undang-Undang HAM. Dengan Washington sebagai presiden pertama dan Alexander Hamilton sebagai kepala penasehat keuangannya, pemerintahan nasional yang kuat pun dibentuk. Pada Sistem Partai Pertama, dua partai politik nasional berkembang mendukung atau menolak kebijakan Hamilton. Ketika Thomas Jefferson menjadi presiden, ia membeli Wilayah Louisiana dari Perancis, menggandakan luas wilayah Amerika. Perang kedua dan terakhir melawan Inggris berlangsung pada tahun 1812. Hasil utama dari perang tersebut adalah berakhirnya dukungan Eropa bagi serangan suku Indian terhadap para pemukim barat.
Di bawah dukungan demokrasi Jefferson dan demokrasi Jackson, Amerika Serikat meluas melalui pembelian Louisiana hingga sejauh California dan Oregon, serta pencarian lahan murah untuk para petani dan pemilik budak Yeoman yang mempromosikan demokrasi dan perluasan, yang harus dibayar dengan kekerasan dan kebencian terhadap kebudayaan Eropa. Perluasan ini, di bawah Manifest Destiny, adalah penolakan terhadap saran Partai Whig yang ingin meningkatkan dan memodernisasi ekonomi dan masyarakat alih-alih memperluas wilayah. Perbudakan dihapuskan di semua negara bagian di Utara (sebelah utara garis Mason-Dixon yang memisahkan Pennsylvania dan Maryland) pada tahun 1804, namun tetap berlangsung di negara-negara bagian di Selatan karena tingginya permintaan kapas dari Eropa.
Setelah tahun 1820, serangkaian kompromi menunda pertikaian mengenai masalah perbudakan. Pada pertengahan tahun 1850-an, kekuatan Republik merebut kendali politik atas Utara dan berjanji untuk menghentikan perluasan perbudakan, yang mengindikasikan penghapusan perbudakan. Pemilihan presiden pada tahun 1860 yang dimenangkan oleh Abraham Lincoln dari partai Republik membuat sebelas negara budak melepaskan diri dan mendirikan Konfederasi pada tahun 1861. Setelah empat tahun pertumpahan darah, Uni, di bawah Presiden Lincoln dan Ulysses S. Grant sebagai jendera panglima mengalahkan Selatan dengan Robert E. Lee sebagai jenderalnya yang paling terkenal. Akhirnya perbudakan dihapuskan dan Selatan menjadi miskin. Pada era Rekontsruksi (1863–77), Amerika Serikat mengakhiri perbudakan dan memperluas hak hukum dan hak suara untuk mantan budak (Orang Afrika Amerika yang pernah menjadi budak). Pemerintah nasional menjadi lebih kuat, dan karena Amandemen Keempat Belas, pemerintah kini memiliki tugas nyata untuk melindungi hak individu. Rekonstruksi berakhir pada 1877 dan sejak tahun 1890-an hingga 1960-an sistem Jim Crow (segregasi) membuat orang kulit hitam berada dalam inferioritas politik, sosial, dan ekonomi. Seluruh Selatan mengalami kemiskinan hingga paruh kedua abad ke-20, ketika Utara dan Barat berkembang dan makmur dengan cepat.
Amerika Serikat menjadi kekuatan industri yang unggul pada awal abad ke-20 akibat ledakan jumlah wirausahawan di Utara dan kedatangan jutaan pekerja imigran serta petani dari Eropa. Jaringan rel kereta nasional diselesaikan, dan pertambangan serta pabrik berskala besar mengindustrialisasi kawasan Timur Laut dan Barat Tengah. Ketidakpuasan kelas menengah atas korupsi, inefisiensi, dan politik tradisional memicu gerakan Progresif sejak tahun 1890-an hingga 1920-an, yang mendorong terjadinya reformasi dan memungkinkan hak suara perempuan serta pelarangan alkohol (yang dicabut pada 1933). Meskipun pada awalnya netral dalam Perang Dunia I, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman pada tahun 1917, dan mendanai Sekutu hingga meraih kemenangan setahun kemudian. Setelah dekade kemakmuran pada tahun 1920-an, runtuhnya Wall Street 1929 menandani dimulainya Depresi Besar yang mendunia selama sedasawarsa. Franklin D. Roosevelt yang Demokrat menjadi presiden dan menerapkan program barunya, New Deal, untuk bantuan, pemulihan, dan reformasi, yang mendefinisikan liberalisme Amerika modern. Setelah serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II bersama Sekutu dan membantu mengalahkan Jerman Nazi di Eropa dan mengalahkan Jepang di Timur Jauh.
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet muncul sebagai negara adidaya yang saling bersaing dan memulai Perang Dingin. Kedua negara ini saling bertikai secara tak langsung dalam persaingan senjata dan perlombaan angkasa. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama Perang Dingin dipusatkan pada pembendungan Komunisme, dan negara ini ikut serta dalam perang di Korea dan Vietnam untuk mencapai tujuan ini. Liberalisme memperoleh banyak kemenangan pada masa New Deal dan juga pada pertengahan 1960-an, khususnya dalam kesuksesan gerakan hak sipil, namun konservatisme kembali berkembang pada tahun 1980-an di bawah Ronald Reagan. Perang Dingin berakhir setelah bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, menjadikan Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adikuasa. Memasuki abad ke-21, konflik internasional berpusat di sekitar Timur Tengah dan meningkat tajam menyusul serangan 11 September serta Perang Melawan Terorisme yang dideklarasikan setelahnya. Amerika Serikat mengalami resesi ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II pada akhir tahun 2000-an, yang disusul oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi selama tahun 2010-an.


rasejarah

Pada awal era Paleozoikum, Amerika Utara berada di belahan Bumi Selatan, dan banyak lautnya yang dipenuhi oleh beragam makhluk laut. Pada paruh akhir Paleozoiukum, lautan berubah menjadi rawa dan menjadi habitat bagi amfibi dan reptil awal. Ketika benua ini menjadi bagian dari Pangea, terjadi kondisi kering dan leluhur mamalia mendominasi kawasan ini hingga mengalami kepunahan masal.
Dinosaurus muncul pada masa Trias, periode pertama dari era Mesozoikum, dan dengan cepat menyebar ke Amerika Serikat. Setelah Pangea terpecah, Amerika Utara mulai bergerak ke ara utara dan barat. Pada masa Jura akhir, dataran di kawasan barat Amerika Utara menjadi rumah bagi dinosaurus seperti Allosaurus, Apatosaurus, dan Stegosaurus. Pada masa Kapur, Teluk Meksiko meluas dan memecah Amerika Utara. Plesiosaurus dan mosasaurus hidup di perairannya. Di kemudian hari, dataran pesisir kawasan barat dihuni oleh dinosaurus seperti Edmontosaurus, Triceratops, dan Tyrannosaurus, hingga seluruh dinosaurus mengalami kepunahan masal.
Pada era Senozoikum, mamalia mulai mendominasi daratan Amerika Utara. Selama masa Eosen, kawasan barat menjadi habitat bagi unta dan kuda primitif yang kecil serta karnivora creodonta. Titanotheres yang mirip badak mendominasi Dakota Selatan pada masa Oligosen. Setelah itu, iklim di Amerika Serikat mendingin hingga masa Pleistosen, ketika gletser menyebar. Kucing gigi pedang, mammoth berbulu, mastodon, dan serigala mengerikan menghuni kawasan ini, hingga akhirnya kedatangan manusia membuat mereka punah melalui perburuan.

Pra-Columbus


Bangsa-bangsa asli yang menempati tanah Amerika sebelum kedatangan bangsa kulit putih.
Tidak ada kepastian mengenai bagaimana dan kapan penduduk asli Amerika pertama kali menetap di Benua Amerika dan Amerika Serikat modern. Teori paling terkenal menyatakan bahwa orang bermigrasi dari Eurasia menyeberangi Beringia, sebuah jembatan darat yang menghubungkan Siberia dengan Alaska modern, dan kemudian menyebar ke selatan di sepanjang Benua Amerika. Migrasi ini kemungkinan dimulai pada 30.000 tahun silam[4] dan berlanjut hingga sekitar 10.000 tahun silam, ketika jembatan tanah itu terendam akibat naiknya permukaan air yang disebabkan oleh berakhirnya periode glasial terakhir.[5] Penduduk awal ini, yang disebut bangsa Paleoamerika, dengan cepat terbagi menjadi ratusan bangsa dan suku dengan budaya yang beragam.
Masa Pra-Columbus meliputi semua subdivisi periode dalam sejarah dan prasejarah benua Amerika sebelum munculnya pengaruh signifikan Eropa di benua Amerika. Masa ini mencakup masa permukiman asli pada periode Paleolitikum Atas hingga kolonisasi Eropa selama periode Modern Awal. Meskipun secara teknis merujuk kepada era sebelum perjalanan Christopher Columbus pada 1492 hingga 1504, pada praktiknya istilah ini biasanya meliputi sejarah kebudayaan asli benua Amerika hingga ditaklukan atau secara signifikan dipengaruhi oleh bangsa Eropa, bahkan meskipun ini terjadi puluhan hingga ratusan tahun setelah kedatangan awal Columbus.
Pada masa itu, penduduk asli Amerika menetap di Amerika Serikat. Mereka memiliki budaya yang berbeda: penduduk asli di Amerika Serikat timur berburu; penduduk asli di Amerika Serikat barat laut menangkap ikan; penduduk asli di barat daya menanam jagung dan membangun rumah yang disebut pueblo; dan penduduk asli di Great Plains berburu bison.[6][7]

Zaman kolonial


Conquistador Spanyol Coronado menjelajahi sebagian Barat Daya Amerika sejak 1540 hingga 1542.
Setelah periode penjelajahan yang dilakukan oleh negara-negara besar di Eropa, permukiman pertama didirikan pada 1607.[8] Orang Eropa membawa kuda, sapi, dan babi ke benua Amerika, dan membawa jagung, kalkun, kentang, kacang, tembakau, dan labu ke Eropa. Lingkungan berpenyakit terbukti mematikan bagi banyak penjelajah dan para pemukim awal menderita penyakit-penyakit baru. Dampak penyakit baru bahkan lebih buruk bagi penduduk asli Amerika, terutama penyakit cacar dan campak. Banyak sekali penduduk asli yang meninggal, biasanya sebelum permukiman Eropa berskala besar dimulai.[9][10]

Kolonisasi Spanyol, Belanda, dan Prancis

Para penjelajah Spanyol adalah orang Eropa pertama yang tiba di benua Amerika, melalui ekspedisi kedua Christopher Columbus, yang mencapai Puerto Rico pada 19 November 1493; yang lainnya mencapai Florida pada 1513.[11] Dengan cepat ekspedisi Spanyol mencapai Pegunungan Appalachia, Sungai Mississippi, Grand Canyon,[12] dan Great Plains. Pada 1540, Hernando de Soto melakukan penjelajahan besar-besaran ke kawasan Tenggara. Selain itu, pada tahun yang sama Francisco Vázquez de Coronado menjelajahi Arizona hingga Kansas tengah.[13] Spanyol mengirim beberapa pemukim, mendirikan permukiman Eropa permanen pertama di Amerika Serikat di St. Augustine, Florida pada 1565, namun hanya sedikit yang menetap permanen di sana. Permukiman Spanyol yang tumbuh menjadi kota-kota penting antara lain Santa Fe, Albuquerque, San Antonio, Tucson, San Diego, Los Angeles, Santa Barbara dan San Francisco.[14]

Klaim teritorial Eropa di Amerika Utara, sek. 1750
  Prancis
  Kerajaan Britania Raya
  Spanyol
New Netherland adalah koloni Belanda abad ke-17 yang berpusat di New York City modern dan Lembah Sungai Hudson, di mana mereka berdagang dengan suku Indian di utara dan menahan perluasan Yankee dari New England. Orang Belanda adalah para Kalvinis yang mendirikan Gereja Reformasi di Amerika, namun mereka toleran terhadap agama dan kebudayaan lainnya. Koloni ini direbut Inggris pada 1644 dan meninggalkan warisan yang bertahan lama dalam kehidupan budaya dan politik Amerika, termasuk keterbukaan pikiran dan pragmatisme perdagangan di kota, suatu tradisionalisme rural di pedesaan yang dicirikan oleh kisah Rip Van Winkle, serta politisi seperti Martin Van Buren, Theodore Roosevelt, Franklin D. Roosevelt dan Eleanor Roosevelt.[15]
New France adalah daerah yang dikolonisasi oleh Prancis sejak 1534 hngga 1763. Ada sedikit pemukim permanen di luar Quebec dan Acadia, namun Konfederasi Wabanaki menjadi sekutu militer New France melalui empat Peperangan Prancis dan Indian melawan koloni-koloni Inggris yang bersekutu dengan Konfederasi Iroquois. Selama Perang Prancis dan Indian, New England berperang dengan sukses melawan Acadia dan Inggris memindahkan orang Acadia dari Acadia (Nova Scotia) lalu menggantinya dengan para Petani New England.[16] Pada akhirnya, beberapa orang Acadia bermukim kembali di Louisiana, di mana mereka mengembangkan kebudayaan pedesaan Cajun yang unik dan masih ada hingga kini. Mereka menjadi warga negara Amerika Serikat pada 1803 melalui Pembelian Louisiana.[17] Desa-desa Prancis lainnya di sepanjang sungai Mississippi dan Illinois direbut ketika orang Amerika Serikat mulai berdatangan setelah 1770.[18]
Wilayah-wilayah lain dimukimi oleh orang Skotlandia-Irlandia, Jerman, dan Swedia.[19]

Kolonisasi Inggris


Kapal Mayflower membawa Pilgrim Fathers ke Amerika.

Pembantaian para pemukim Jamestown pada 1622. Dengan cepat para kolonis di Selatan memusuhi semua suku Indian
Lahan di sepanjang pesisir timur ditempati terutama oleh kolonis Inggris pada abad ke-17, bersama sejumlah kecil orang Belanda dan Swedia. Amerika Kolonial dicirikan oleh amat kurangnya tenaga kerja yang parah sehingga diberlakukan bentuk kerja paksa seperti perbudakan dan kerja wajib, serta oleh kebijakan Inggris berupa pengabaian ramah (pengabaian salut) yang mengizinkan perkembangan semangat Amerika terpisah dari para pendiri Eropanya.[20] Lebih dari separuh imigran Eropa datang ke Amerika Kolonial sebagai pekerja paksa.[21]
Bangsa Inggris mencoba mendirikan permukiman di Pulau Roanoke tahun 1585, tetapi tidak berlangsung lama.[22] Pada tahun 1607, permukiman Inggris pertama yang dapat bertahan berdiri di Sungai James di Jamestown, Virginia, yang memulai Perbatasan Amerika. Permukiman ini didirikan oleh John Smith, John Rolfe, dan orang-orang Inggris lainnya yang tertarik dengan kekayaan dan petualangan. Koloni ini hampir gagal bertahan dan mengalami kesusahan selama puluhan tahun karena penyakit dan kelaparan, hingga akhirnya mengalami keberhasilan setelah adanya gelombang baru pemukim tiba pada akhir abad ke-17 yang mendirikan pertanian komersial berbasis tembakau.[23] Antara akhir 1610-an dan Revolusi, Inggris mengirimkan sekitar 50.000 narapidana ke koloni di Amerika.[24] Satu contoh konflik yang parah adalah pemberontakan Powhatan 1622 di Virginia, di mana suku Indian membunuh ratusan pemukim Inggris. Konflik terbesar antara suku Indian dan pemukim Inggris pada abad ke-17 adalah Perang Raja Phillip di New England.[25] Perang Yamasee di Carolina Selatan juga menghasilkan banyak korban.[26]
New England pada awalnya dihuni oleh orang Puritan yang mendirikan Koloni Teluk Massachusetts pada 1630, meskipun sudah ada ada satu permukiman kecil pada 1620 oleh sekelompok orang Inggris yang dijuluki Pilgrim Fathers (orang yang melarikan diri karena berselisih paham dengan gereja) di Koloni Plymouth. Alih-alih menemukan emas, Pilgrims dan Puritan lebih tertarik untuk membuat masyarakat yang lebih baik, yang mereka juluki "kota di sebuah bukit."[27] Roger Williams, yang ditendang keluar dari Massachusetts, mendirikan koloni di Rhode Island tahun 1636. Koloni Tengah, terdiri atas negara bagian New York, New Jersey, Pennsylvania, dan Delaware modern, dicirikan oleh tingkat keragaman yang tinggi. Upaya pertama untuk mendirikan permukiman Inggris di selatan Virginia adalah Provinsi Carolina. Sementara koloni yang terakhir berdiri di antara Tiga Belas Koloni adalah Koloni Georgia yang berdiri pada 1733.[28]
Perkembangan koloni merupakan hal yang buruk bagi penduduk asli Amerika. Mereka kehilangan negeri mereka, dan banyak dari antara mereka yang meninggal akibat variola, penyakit yang dibawa bangsa Eropa ke Amerika.
Koloni memiliki ciri berupa keragaman keagamaan, dengan banyaknya Kongresionalis di New England, Reformasi Jerman dan Belanda di Koloni Tengah, Katolik di Maryland, dan Prebisterian Skotlandia Irlandia di perbatasan. Banyak pejabat kerajaan dan pedagang adalah penganut Anglikan.[29]
Pada awal tahun 1700-an, relijiusitas amat meluas melalui kemunculan suatu gerakan keagamaan yang disebut Gerakan Kebangunan Rohani Pertama, yang dipimpin oleh pengkotbah seperti Jonathan Edwards.[30] Gerakan Kebangunan merupakan salah satu peristiwa pertama dalam sejarah Amerika yang merupakan "pergerakan besar", atau sesuatu yang melibatkan banyak orang Amerika. Gerakan Kebangunan Rohani, bersama dengan Penghukuman Penyihir Salem, merupakan tanggapan atas situasi Amerika saat itu, dan mungkin memengaruhi pemikiran yang digunakan dalam Revolusi Amerika.[31] Evangelis Amerika yang terpengaruh Kebangunan menambahkan penekanan baru dalam pencurahan ilahi dari Roh Kudus dan konversi yang mengajarkan kepada para penganut baru cinta intens pada Tuhan. Kebangkitan itu mengemas keunggulan itu dan memajukan evangelikalisme yang baru dibentuk menjadi republik awal, memberi tempat bagi Gerakan Kebangunan Rohani Kedua, yang dimulai pada akhir 1790-an.[32]
Pada tahun 1733, terdapat tiga belas koloni. Koloni-koloni ini biasanya dikelompokan menjadi New England (New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island dan Connecticut), koloni-koloni Tengah (New York, New Jersey, Pennsylvania, Delaware), dan Selatan (Maryland, Virginia, Carolina Utara, Carolina Selatan, dan Georgia). New England memiliki peternakan-peternakan kecil, dan lebih bertumpu pada perikanan, perkapalan, dan industri-industri kecil.[33] Koloni Selatan memiliki perkebunan tembakau dan kapas. Kebun-kebun ini awalnya digarap oleh pekerja yang bersedia bekerja beberapa tahun dengan upah pintu masuk ke Amerika dan tanah, lalu oleh budak. Koloni tengah memiliki peternakan berukuran kecil, dan dikenal memiliki budaya dan kepercayaan yang beragam.[34]
Ketigabelas koloni tersebut terikat dengan "ekonomi Atlantik", yang meliputi penggunaan kapal untuk perdagangan budak, tembakau, rum, gula, emas, rempah-rempah, ikan, kayu, dan barang hasil produksi, antara Amerika, Hindia Barat, Eropa, dan Afrika.[35][36] New York, Philadelphia, Boston, dan Charleston merupakan kota dan pelabuhan utama pada masa itu.[37]

Integrasi politik dan otonomi


Bersatu, atau Mati, kartun politik tahun 1756 karya Benjamin Franklin yang mendorong koloni-koloni untuk bersatu selama Perang Prancis dan India.
Dari tahun 1754 hingga 1763, Inggris dan Perancis terlibat dalam perang yang disebut Perang Tujuh Tahun. Inggris berhasil memenangkan perang. Perancis menyerahkan koloninya di Kanada kepada Inggris, dan menyerahkan Louisiana ke Spanyol; Spanyol menyerahkan Florida kepada Inggris. Perang ini adalah titik balik dalam perkembangan politik koloni. Pengaruh para pesaing utama Tahta inggris di koloni dan Kanada, Prancis dan suku Indian Amerika Utara, amat berkurang. Selain itu, upaya perang berakibat pada integrasi politik koloni yang lebih besar, seperti ditunjukkan dalam Kongres Albany dan disimbolkan oleh seruan Benjamin Franklin supaya semua koloni "Bersatu atau Mati."
Menyusul penguasaan Inggris atas wilayah Prancis di Amerika Utara, Raja George III mengeluarkan Proklamasi Kerajaan 1763, yang menyatakan bahwa orang yang tinggal di tiga belas koloni tidak dapat menetap di sebelah barat Pegunungan Appalachia.[38] Tujuan dari proklamasi ini adalah untuk mengorganisir kekaisaran Amerika Utara baru dan melindungi suku Indian dari perluasan kolonial ke kawasan barat. Pada masa selanjutnya, terjadi ketegangan antara para kolonis dengan Kerajaan. Parlemen Inggris mengeluarkan Undang-Undang Materai 1765, menerapkan pajak terhadap koloni tanpa melalui legislatif kolonial. Pajak-pajak tamaban juga ditetapkan melalui Undang-Undang Gula (1764), Undang-Undang Perangko (1765), Undang-Undang Townsend (1767), dan Undang-Undang Teh (1773).Para kolonis melakukan protes karena tidak memiliki perwakilan di Parlemen Inggris dan merasa bahwa mereka tidak memperoleh hak-hak mereka.[3] Mereka mengeluarkan seruan "Tolak pajak tanpa perwakilan rakyat," yang berarti mereka meminta agar mereka memiliki suara di Parlemen Britania.[39] Mereka terus menolak membayar pajak seiring ketegangan yang semakin meningkat pada akhir 1760-an dan awal 1770-an.[40]
Pesta Teh Boston pada 1773 adalah aksi langsung oleh para aktivis di kota Boston untuk memprotes pajak baru untuk teh. Para kolonis di Boston membuang ratusan kotak berisi teh dari kapal di Pelabuhan Boston, sebagai tanggapan terhadap Undang-Undang Teh. [41] Parlemen merespon cepat setahun kemudian. Pasukan Inggris mengambil alih Boston, serta mengeluarkan Undang-Undang Paksaan, yang mencabut hak pemerintahan mandiri Massachusetts dan menempatkan wilayah itu di bawah kekuasaan pasukan. Tindakan ini memicu kemarahan dan perlawanan di semua koloni. Para pemimpin patriot dari tiga belas koloni mengadakan Kongres Kontinental Pertama untuk mengkoordinasikan perlawanan mereka terhadap Undang-Undang Paksaan. Tokoh-tokoh penting dalam kongres tersebut adalah Benjamin Franklin, John Adams, Thomas Jefferson, John Hancock, Roger Sherman, dan John Jay. Kongres menyerukan boikot terhadap perdagangan Inggris, menerbitkan daftar hak dan keluhan, serta mempetisi raja untuk mengatasi semua keluhan itu.[42] Semua tindakan ini tidak terlalu berpengaruh, sehingga Kongres Kontinental Kedua pun digelar pada 1775 untuk mengorganisir pertahanan koloni melawan Pasukan Inggris.

Revolusi Amerika

Pada tahun 1776, Thomas Paine menulis pamflet Common Sense, yang menyatakan bahwa koloni-koloni harus merdeka dari Britania. Pada 4 Juli 1776, ketigabelas koloni setuju terhadap Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.[43] Kolonis-kolonis telah terlibat dalam pertempuran dengan Britania dalam Perang Revolusi Amerika. Perang dimulai pada tahun 1775 di Lexington dan Concord.[44]
Pada 1777, pasukan Amerika berhasil merebut Saratoga sehingga membuat Prancis bersedia bersekutu dengan Amerika. Selain itu, Prancis juga membawa serta Spanyol dan Belanda untuk ikut bersekutu bersama Amerika, sedangkan Inggris berperang tanpa sekutu.[45]
Meskipun tentara Amerika di bawah kepemimpinan George Washington banyak mengalami kekalahan, mereka memenangkan perang setelah kemenangan di Yorktown yang dibantu oleh Perancis. Traktat Paris ditandatangani, dan Britania menarik semua pasukannya dari Amerika Serikat.
Pada 4 Juli 1776, Kongres Kontinental Kedua berkumpul di Philadelphia dan menyatakan kemerdekaan Amerika Serikat. Kemerdekaan ini didasarkan pada prinsip-prinsip republik, yang menekankan kedaulatan rakyat, menuntut kewajiban warga negara, menolak korupsi, dan menentang aristokrasi.[46] Ahli politik Seymour Martin Lipset menulis bahwa Amerika Serikat adalah koloni besar pertama yang sukses memberontak melawan kekuasaan kolonial. Dalam pengertian ini, Amerika Serikat adalah 'bangsa baru' pertama."[47] Menurut sejumlah sejarawan, revolusi Amerika adalah sumber utama untuk agama sipil Amerika yang tak berdenominasi dan telah membentuk patriotisme dan kenangan serta makna negara tersebut.[48]

Awal Republik

Konfederasi dan Konstitusi


Konstitusi Amerika Serikat
Pada tahun 1781, koloni-koloni mempersiapkan sebuah Uni melalui Pasal-Pasal Konfederasi, akan tetapi hanya dapat berlangsung selama enam tahun. Sebagian besar kekuasaan diserahkan kepada negara-negara bagian, dan hanya sedikit kekuasaan yang dimiliki pemerintah pusat.[49] Selain itu, tidak terdapat presiden. Pasal-Pasal Konfederasi juga tidak dapat menghentikan penduduk asli Amerika atau orang Britania di perbatasan, dan juga tak mampu menghentikan pemberontakan seperti Pemberontakan Shays. Setelah pemberontakan Shays', banyak orang merasa Pasal-Pasal Konfederasi telah gagal.[50] Akibatnya, para nasionalis, yang sebagian besarnya veteran perang, diorganisir di setiap negara bagian dan meminta Kongres menyelenggarakan Konvensi Philadelphia pada 1787.[51]
Konstitusi Amerika Serikat ditulis pada tahun 1787. Tokoh-tokoh yang membantu penulisan konstitusi, seperti Washington, James Madison, Alexander Hamilton, dan Gouverneur Morris, merupakan pemikir-pemikir utama Amerika pada masa itu. Beberapa tokoh akan memegang posisi penting dalam pemerintahan baru. Konstitusi ini mendirikan pemerintahan nasional yang lebih kuat dan memiliki tiga cabang: eksekutif (Presiden dan kabinetnya), legislatif (Dewan Perwakilan Rayat dan Senat), dan yudikatif (pengadilan federal).[52] Selain itu, Kongres diberi otoritas untuk melarang perdagangan budak internasional setelah 20 tahun. Konstitusi ini diratifikasi oleh negara-negara bagian pada tahun 1788.

Pemerintahan Washington


George Washington, presiden pertama Amerika Serikat.
Pada tahun 1789, George Washington, presiden Konvensi Konstitusi, terpilih sebagai presiden pertama Amerika Serikat. Prestasi utama dari kepemimpinan Washington adalah terciptanya pemerintahan nasional yang diakui oleh seluruh rakyat Amerika[53] Pemerintahannya mendirikan Bank Amerika Serikat untuk menstabilkan sistem keuangan serta menetapkan sistem tarif seragam dan pajak. Pada masa jabatan Washington, Pemberontakan Wiski meletus. Petani-petani di pedesaan mencoba untuk menghentikan pengumpulan pajak terhadap wiski.
Pada tahun 1795, Kongres menyetujui Traktat Jay, yang membuka perdagangan dengan Britania.[54] Traktat ini dibuat dengan tujuan memperbaiki hubungan dengan Britania.[55] Thomas Jefferson dan James Madison sangat menentang traktat ini.[56] Akibatnya sebagian pemilih mendukung partai oposisi, dan dimulailah Sistem Partai Pertama.
Setelah menjabat selama dua periode, Washington tak mau berkuasa lagi. Ia menulis surat perpisahan, yang isinya menekankan manfaat pemerintahan federal dan pentingnya etika dan moral sembari memperingatkan terhadap persekutuan asing dan pembentukan partai politik.[57]
Dalam pemilu tahun 1796, John Adams berhasil mengalahkan Thomas Jefferson. Pemilu ini merupakan pemilu antar dua partai politik pertama di Amerika Serikat.[58] Sebagai presiden, Adams membuat Angkatan Darat dan Laut Amerika Serikat menjadi lebih besar, tetapi juga mengeluarkan hukum untuk menutup koran yang menulis hal-hal jelek tentangnya.

Abad ke-19

Pemerintahan Jefferson

Jefferson berhasil mengalahkan Adams pada pemilu tahun 1800. Salah satu hal penting yang dilakukannya sebagai presiden adalah membeli Louisiana dari Perancis.[59] Jefferson mengirim Lewis dan Clark melalui Ekspedisi Lewis dan Clark untuk memetakan Pembelian Louisiana. Jefferson amat meyakini republikanisme dan berpendapat bahwa prinsip tersebut harus berbasis petani dan pekebun yeoman.
Pesaing utama Jefferson adalah John Marshall, seorang Federalis dari Virginia. Marshall berhasil mendefinisikan fungsi Mahkamah Agung, khususnya kekuasaan untuk menolak hukum Kongres yang menyalahi Konstitusi, yang pertama kali ditetapkan pada 1803 dalam Marbury v. Madison.[60]
Presiden Jefferson juga berusaha menghentikan perdagangan dengan Inggris dan Perancis, yang sedang terlibat dalam perang.[61] Perang meletus antara Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1812 ketika James Madison menjabat sebagai presiden. Perang ini disebut Perang 1812. Perang ini berakhir setelah Amerika Serikat memperoleh kemenangan menetukan dalam Pertempuran New Orleans,[62] dan disepakatinya Perjanjian Ghent.[62]

Perbudakan


Penetap menyeberangi Dataran Nebraska.
Salah satu masalah pada periode ini adalah perbudakan. Negara-negara bagian di Selatan Atas sempat melakukan pembebasan banyak budak namun kebutuhan tenaga kerja untuk perkebunan besar membuat perbudakan kembali meningkat. Pada tahun 1861, lebih dari tiga juta orang Afrika-Amerika menjadi budak di Selatan.[63] Sebagian besar bekerja memetik kapas di perkebunan besar. Selatan ingin agar perbudakan tetap ada, sementara Utara berusaha mengakhirinya.

Era Perasaan Baik

Sebagai penentang perang, kelompok Federalis menggelar Konvensi Hartford pada 1814 yang mengisyaratkan pemisahan, namun pengaruh mereka melemah setelah kemenangan Amerika di New Orleans.[64] Sementara itu pemerintah, setelah sebelumnya menutup Bank Amerika Serikat, memutuskan untuk mendirikan Bank Kedua Amerika Serikat pada 1816.[65][66]
Setelah Perang 1812, Amerika mengakhiri Sistem Partai Pertama dan mengalami "Era Perasaan Baik" di bawah kepemipinan Presiden James Madison dan James Monroe.[65][66] Di bawah Monroe, kebijakan Amerika Serikat di Amerika Utara adalah Doktrin Monroe, yang menyatakan bahwa benua Amerika tidak boleh lagi dijajah oleh negara-negara Eropa.[67] Ini adalah momen yang menentukan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pada masa ini pula, Kongres meminta "sistem Amerika", yaitu dengan menghabiskan dana untuk perbankan, transportasi, dan komunikasi, agar kota-kota menjadi lebih besar dan pabrik-pabrik dibangun.[68] Salah satu proyek transportasi besar pada masa ini adalah Kanal Erie di New York. Pada tahun 1840-an, jalur kereta api juga dibangun. Ribuan mil jalur kereta dan telegraf telah dibangun di Amerika Serikat pada tahun 1860.[69]

Pemindahan Indian

Pada 1830, Kongres mengeluarkan Undang-Undang Pemindahan Indian, yang memaksa suku Indian di kawasan timur untuk berpindah ke wilayah barat di seberang Sungai Mississippi.[70] Sementara kelompok demokrat Jackson menuntut pemindahan paksa suku Indian yang menolak mengakui hukum negara ke Barat. Kelompok Whig dan keagamaan menganggap bahwa tindakan tersebut tak manusiawi, seperti terlihat pada Jejak Air Mata.[71]

Abolisionisme

Setelah 1840, gerakan abolisionisme menggalang banyak dukungan, terutama di kalangan perempuan relijius di Timur Laut yang dipengaruhi oleh Gerakan Kebangunan Rohani Kedua, yang dimulai pada 1800-an di New York.[72] Gerakan Kebangunan Rohani berkaitan erat dengan gerakan anti perbudakan di Amerika Serikat.[73] William Lloyd Garrison menerbitkan surat kabar antiperbudakan yang paling berpengaruh, yaitu The Liberator, sedangkan Frederick Douglass, seorang mantan budak, mulai menulis di surat kabar tersebut sekitar 1840 lalu mendirikan surat kabar abolisionisnya sendiri, North Star pada 1847.[74]

Perluasan ke Barat

Penduduk dan wilayah Amerika Serikat mengalami perkembang pesat, dan banyak penduduk yang melakukan migrasi ke barat.[75] Mereka berpindah ke sebelah barat Sungai Mississippi dan Pegunungan Rocky pada masa ini. Orang-orang pertama yang pindah ke Barat adalah orang yang menjual kulit binatang.[76][77] "Thesis Perbatasan" yang amat berpengaruh menyatakan bahwa perbatasan barat membentuk karakter Amerika Serikat.[78] Pada tahun 1840-an, banyak orang pindah ke Oregon, dan semakin banyak orang yang pindah ke Barat setelah Demam Emas California tahun 1849.[79][80] Sejak awal 1830-an hingga 1869, Jalur Oregon dan banyak cabangnya digunakan oleh lebih dari 300.000 pemukim. Sementara Penduduk asli Amerika semakin terdesak oleh peristiwa seperti pengusiran. Selain Jejak Air Mata, peristiwa penting terkait pengusiran suku Indian adalah Perang Black Hawk.[81]

Industrialisasi dan ekspansi

Industri di Amerika Serikat juga berkembang. Banyak pabrik dibangun di kota-kota timur laut seperti Lowell, Massachusetts. Kebanyakan pabrik memproduksi pakaian. Sebagian besar pekerja di pabrik adalah perempuan, dan sebagian merupakan anak-anak dari Irlandia dan Jerman.[82][83] Meskipun mengalami industrialisasi, mata pencaharian sebagian besar penduduk Amerika pada saat itu adalah petani.[84]
Andrew Jackson terpilih sebagai presiden pada tahun 1828. Sebagian besar pendukungnya merupakan orang miskin yang tidak pernah memilih sebelumnya, sehingga ia memberi mereka pekerjaan sebagai "hadiah". Selain itu, ia juga menetapkan pajak impor tinggi yang tidak disukai oleh Selatan. [85] Wakil presiden Jackson, John C. Calhoun, yang berasal dari Selatan, menulis bahwa Selatan sebaiknya menghentikan kebijakan tersebut dan meninggalkan Amerika Serikat.[85]
Pada masa ini pula muncul Manifest Destiny. Daniel Walker Howe berpendapat bahwa, "Meskipun imperialisme Amerika tidak mencerminkan konsensus Amerika; hal tersebut memicu perbedaan pendapat dalam peemrintahan nasional."[86] Manifest Destiny memberikan nada retorika untuk perluasan, yang didukung oleh Demokrat. Salah satu perluasan ini adalah aneksasi Republik Texas pada 1845. Texas bergabung dengan Amerika Serikat setelah meninggalkan Meksiko, sehingga Meksiko tidak menyukai hal ini, dan Amerika menginginkan wilayah Meksiko di Pantai Barat.[87] Akibatnya, Perang Meksiko-Amerika meletus. AS berhasil memenangkan perang ini, dan memperoleh wilayah California dan Amerika Serikat Barat Daya. Orang-orang di Utara tidak menyukai perang ini, karena mereka merasa perang ini hanya untuk keuntungan Selatan.[88]

Pemisahan Utara dan Selatan


Tentara Utara yang tewas di Gettysburg, Pennsylvania. Gambar diambil pada 5 atau 6 Juli 1863 oleh Timothy H. O'Sullivan.
Pada tahun 1840-an dan 1850-an, Utara dan Selatan kurang saling menyukai karena berbagai perbedaan, seperti:
  • Ekonomi Utara berdasarkan pada industri, sedangkan Selatan berdasarkan agraris.
  • Negara bagian Utara tidak memerlukan budak, sementara Selatan memerlukan budak.[89] Orang-orang di Selatan juga marah dengan buku-buku seperti Uncle Tom’s Cabin yang menyatakan bahwa perbudakan itu salah.
  • Utara memiliki Partai Republik, sementara Selatan memiliki Partai Demokrat.
  • Perbedaan pandangan mengenai kekuasaan pemerintahan federal.
Pejabat-pejabat pemerintahan berusaha membuat perjanjian untuk mencegah perang. Masalah perbudakan di wilayah baru sempat nampak akan selesai dengan adanya Kompromi 1850 yang difasilitasi oleh Henry Clay dari partai dan Whig Stephen Douglas dari Demokrat. Kompromi ini meliputi penunjukkan California sebagai negara bebas. Poin yang bermasalah dalam kesepakatan ini adalah Undang-Undang Budak Buronan.[90]
Akan tetapi, perjanjian-perjanjian ini tidak berhasil menghentikan perpecahan.[91] Kompromi 1820 dicabut pada 1854 dengan adanya Undang-Undang Kansas-Nebraska, yang mempromosikan Senator Douglas atas nama "kedaulatan rakyat" dan demokrasi. Peraturan ini mengizinkan masing-masing wilayah menetukan sendiri hukum tentang perbudakan. Kelompok antiperbudakan marah dan mendirikan Partai Republik.
Orang-orang Utara dan Selatan mulai saling membunuh di Kansas dalam suatu peristiwa yang disebut Kansas Berdarah karena masalah perbudakan. Peristiwa ini disebut "Kansas Berdarah". Pada tahun 1859, John Brown mengambil alih sebuah kota di Virginia untuk menunjukkan bahwa perbudakan itu salah dan ia mencoba mengajak budak-budak melawan pemiliknya.[92] Tokoh-tokoh lainnya yang memimpin pemberontakn budak antara lain Gabriel Prosser (1800), Denmark Vesey (1822), Nat Turner (1831), dan (1859). Ini membuat Selatan melakukan pengawasan budak yang lebih ketat dan mengurangi orang kulit hitam bebas. Keputusan Mahkamah Agung tahun 1857 dalam Dred Scott v. Sandford memihak Selatan dan menyatakan bahwa perbudakan legal di Amerika Serikat. Keputusan ini membuat Utara marah.

Perang Saudara

Abraham Lincoln dari Partai Republik berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1860. Setelah itu, sebelas negara bagian meninggalkan Amerika Serikat dan mendirikan Negara Konfederasi Amerika. Maka meletuslah Perang Saudara Amerika antara Utara dengan Selatan. Bersama dengan bagian barat laut Virginia, yang menjadi Virginia Barat, empat "negara bagian budak" tidak memisahkan diri dan kemudian dikenal sebagai negara bagian perbatasan.[93]
Perang Saudara dimulai dengan serangan Konfederasi terhadap instalasi militer Amerika Serikat di Fort Sumter di Carolina Selatan. Bentrokan besar pertama terjadi pada Pertempuran Bull Run Pertama.[94] Perang dengan cepat terbagi menjadi dua teater, yaitu Timur dan Barat. Di teater Barat, Uni cukup sukses, dengan kemnengan pada beberapa pertempuran besar, seperti Pertempuran Perryville Dan Pertempuran Shiloh.[95]
Di teater Timur, Jenderal George B. McClellan memimpin pasukan Uni. Ia mengorganisir pasukan baru Potomac namun gagal merebut ibukota Konfederasi, Richmond, Virginia dalam Kampanye Semenanjungnya. Pada akhirnya ia mundur setelah menderita serangan dari Jenderal Konfederasi yang baru ditunjuk, Robert E. Lee.[96]
Konfederasi memiliki jenderal yang lebih cakap daripada utara, akan tetapi memiliki lebih sedikit jalur kereta dan hampir tidak mempunyai pabrik senjata.[97] Pada pertengahan perang, Lincoln mengumandangkan Proklamasi Emansipasi yang akan membebaskan semua budak di Konfederasi, dan memperbolehkan orang kulit hitam bertempur dalam angkatan bersenjata Utara.
Merasa percaya diri setelah mengalahkan Uni pada Pertempuran Bull Run Kedua, Lee melancarkan invasi ke utara yang berhasil dihentikan oleh McClellan dalam Pertempuran Antietam yang memakan banyak korban. Sementara pengganti McClellan, Jenderal Ambrose Burnside, menderita kekalahan oleh pasukan Lee yang lebih sedikit dalam Pertempuran Fredericksburg pada akhir 1862. Lee kembali menang dalam Pertempuran Chancellorsville pada Mei 1863, namun kehilangan ajudan pentingnya, Stonewall Jackson. Lee akhirnya mengalami kekalhan dalam Pertempuran Gettysburg pada 1-3 Juli 1863. Peristiwa ini adalah titik balik Perang Saudara Amerika.[98] Uni kembali memperoleh keunggulan setelah Jenderal Ulysses S. Grant merebut Sungai Mississippi dalam Pertempuran Vicksburg. Akibatnya wilayah Konfederasi pun terpecah.
Dua tahun terakhir perang memakan banyak korban bagi kedua pihak, dengan Grant melancarkan perang atrisi melawan Pasukan Virginia Utara pimpinan Jenderal. Perang atrisi ini terbagi menjadi tiga kampanye utama. Yang pertama, Kampanye Overland memaksa Lee mundur ke kota Petersburg di mana Grant melancarkan serangan besar keduanya, yaitu Kampanye Richmond-Petersburg di mana ia mengepung Petersburg. Setelah pengepungan selama sepuluh bulan, Petersburg menyerah. Namun, pertahanan Fort Gregg membuat Lee mampu menggerakan pasukannnya keluar dari Petersburg. Grant mengejarnya dan melancarkan serangan terakhir, Kampanye Appomattox yang membuat Lee menyerah pada 9 April 1865 di Gedung Pengadilan Appomattox. Akhirnya, seluruh pasukan Konfederasi menyerah dan perang pun berakhir.
Berdasarkan sensus tahun 1860, sekitar 8% pria kulit putih usia 13 hingga 43 tahun tewas dalam perang ini.[99]

Rekonstruksi

Rekonstruksi berlangsung sejak Proklamasi Emansipasi Lincoln pada 1 Januari 1863 hingga Kompromi 1877.[100]
Lincoln terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 1864. Akan tetapi, ketika menghadiri drama di Ford's Theatre, Washington, D.C., ia ditembak oleh John Wilkes Booth. Lincoln menjadi presiden Amerika pertama yang tewas dibunuh.[101] Ia digantikan oleh Andrew Johnson.
Pada masa ini, tiga "Amandemen Rekonstruksi", yaitu Amandemen Ketigabelas, Amandemen Keempatbelas, dan Amandemen Kelimabelas, disetujui, yang isinya memperluas hak sipil untuk orang kulit hitam. Maka budak-budak dibebaskan dan menjadi warga negara. Mereka juga memiliki hak suara. Namun para mantan budak ini mengalami ancaman kelaparan dan pengangguran. Permasalahan in ditangani oleh agensi bantuan federal besar pertama, yaitu Biro Mantan Budak, yang dijalankan oleh Angkatan Darat.[102]
Kongres pada masa itu dikuasai oleh "Republikan Radikal", yang ingin menghukum Selatan setelah Perang Saudara.[103] Mereka tidak menyukai Johnson dan hampir menghentikan jabatannya.[103] Pemerintahan Republik baru berhasil berkuasa dengan berbasis pada koalisi Mantan Budak, Carpetbagger (pendatang baru dari Utara), dan Scalawag (orang kulit putih Selatan).
Kongres mengirim banyak tentara ke Selatan dan memaksa Selatan menyetujui amandemen ke-14 dan 15. Selatan tidak menyukai hal ini, dan membuat hukum "Jim Crow" yang menempatkan orang kulit hitam dalam peran-peran yang rendah dan memaksa mereka bekerja sebagai petani miskin.[104] Orang Kulit Putih di Selatan juga mendirikan Ku Klux Klan yang menyerang orang kulit hitam. Penegakan hukum yang tegas oleh Presiden Ulysses Grant melalui Undang-Undang Ku Klux Klan pada 1870 berhasil membubarkan Klu Klux Klan. Akan tetapi, masih ada kelompok-kelompok paramiliter lainnya, seperti Liga Putih dan Kaus Merah yang berupaya menegakkan kembali kekuasaan politik kulit putih di Selatan selama 1870-an.[105]
Rekonstruksi berakhir setelah pemilihan tahun 1876 antara calon dari Republik Rutherford B. Hayes dan calon dari Demokrat Samuel J. Tilden, yang dimenangkan oleh Hayes.[106] Setelah 1890, Selatan secara efektif membatasi orang kulit hitam. Orang kulit hitam dipisahkan di tempat umum dan menjadi warga negara kelas dua akibat sistem Jim Crow hingga berhasilnya gerakan Hak Sipil pada 1964-65.[107][108]
Jalur kereta api transkontinental selesai dibangun pada tahun 1869. Jalur ini membantu kemudahan transportasi di Amerika Serikat. Chicago, tempat jalur-jalur bertemu, menjadi pusat perdagangan antara Barat dan Timur.[109]

Zaman Sepuhan

"Zaman Sepuhan" adalah istilah yang digunakan oleh Mark Twain untuk menggambarkan periode pada akhir abad ke-19 dimana terjadi peningkatan besar-besaran dalam hal kekayaan dan kemakmuran Amerika Serikat. Reformasi pada Zaman ini meliputi Undang-Undang Layanan Sipil, Undang-Undang Perdagangan Antarnegara Bagian, dan Undang-Undang Antipercaya Sherman. Twain yakin bahwa di balik kemakmuran itu, terdapat banyak spekulator tanah, skandal politik, dan praktik bisnis tak etis.[110]
Pada 1890 produksi industri dan pendapatan per kapita Amerika adalah yang tertinggi di dunia. Untuk mengatasi utang yang besar dan rendahnya harga produk pertanian, para petani bergabung dengan Partai Populis.[111] Selain itu, Amerika Serikat didatangi oleh pendatang dari berbagai negara, seperti Irlandia, Italia, Jerman, Eropa Timur, dan Cina.[112] Sebagian besar dari mereka bekerja di pabrik-pabrik besar dan tinggal di kota besar, seperti New York City, Chicago, dan Boston. Mereka biasanya menghuni apartemen yang kecil, miskin, dan berdekatan.[113] Pendatang-pendatang ini seringkali digunakan sebagai "mesin politik". Mereka diberi pekerjaan dan uang, dengan imbalan suara dalam pemilu.[113]
"Mesin-mesin politik" telah menguasai pemerintahan dalam dekade terakhir abad ke-19. Sebagian besar presiden terpilih karena mesin politik.[114] Pemilik bisnis besar seringkali memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada pemerintahan.[114] Contohnya adalah John D. Rockefeller, Andrew Carnegie, dan J.P. Morgan.
Depresi yang parah di seluruh Amerika Serikat terjadi pada 1893. Depresi ini disebut Kepanikan 1893 dan berdampak pada petani, pekerja, serta penguasaha karena harga, gaji, dan keuntungan menurun drastis.[115] Akibatnya, Presiden Grover Cleveland banyak disalahkan. Kericuhan buruh menimbulkan banyak serangan, yang paling terkenal adalah Serangan Pullman pada 1894. Partai Populis memperoleh banyak dukungan dari para petani kapas dan gandum serta para penambang batu bara, namun pengaruhnya kalah oleh gerakan Perak Bebas yang lebih populer.[116] Kemakmuran kembali dialami Amerika Serikat di bawah pimpinan Presiden William McKinley, yang mengalahkan William Jennings Bryan dalam pemilihan umum.

Abad ke-20

Masa Progresivisme


"Sepuluh ribu mil, dari ujung ke ujung", kartun politik yang menggambarkan kekuasaan Amerika Serikat pada tahun 1898.
Pada Era Progresif, terjadi Gerakan progresif yang menyerukan modernitas dan reformasi. Politis terkemuka pada masa ini antara lain Theodore Roosevelt, Charles Evans Hughes, dan Robert LaFollette dari Republik, serta William Jennings Bryan dari Demokrat, yang mendukung reformasi progresif. Empat amandemen konstitusi baru, yaitu Amandemen Keenambelas, Amandemen Ketujuhbelas, Amandemen Kedelapanbelas, dan Amandemen Kesembilanbelas—yang berasal dari aktivisme progresif, membawa reformasi berupa pajak penghasilan federal, pemilihan langsung Senator, dan hak pilih perempuan.[117]

Imperialisme

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Amerika Serikat menjadi lebih aktif dalam urusan luar negeri. Pada tahun 1898, Amerika Serikat berperang melawan Spanyol. AS berhasil memenangkan perang, dan menguasai Puerto Riko, Guam, Guantanamo, dan Filipina.[118] Ditambah dengan pembelian Alaska dan pengambilalihan Hawaii, Amerika Serikat telah memperoleh seluruh wilayahnya hari ini, ditambah beberapa wilayah yang akan lepas setelah Perang Dunia II.[119]
William Jennings Bryan memimpin Partai Demokrat menentang penguasaan atas Filipina, yang menurutnya sebagai imperlialisme dan bertentangan dengan demokrasi Amerika.[120] Namun, Bryan kalah dari William McKinley dalam pemilihan presiden tahun 1900.[121]
Pada tahun 1901, Theodore Roosevelt menjadi presiden Amerika Serikat. Ia memiliki kebijakan luar negeri yang disebut "Big Stick". Maksudnya ialah bahwa [AS] harus memiliki angkatan laut yang besar dan melakukan pengawasan terhadap Amerika Latin.[122][123] Antara tahun 1908 hingga 1930, Amerika Serikat beberapa kali mengirimkan tentara ke Amerika Latin. Selain itu, ketika Theodore Roosevelt masih menjabat, penggalian Terusan Panama dimulai.
Woodrow Wilson terpilih sebagai presiden pada tahun 1912. Ia adalah seorang progresif, tetapi tidak sepenuhnya mirip Roosevelt.[124][125] Pada tahun itu pula, Arizona menjadi negara bagian terakhir dari Amerika Serikat daratan, sehingga Perbatasan Amerika pun berakhir. Inovasi yang muncul pada masa ini adalah Kebijakan Pintu Terbuka, dimana kekuasaan imperial diberi akses setara untuk bisnis Cina, namun mereka tak diperbolehkan menguasai Cina.[126]

Perang Dunia I


Tentara Amerika selama Perang Dunia I.
Amerika Serikat awalnya tidak ingin terlibat dalam Perang Dunia I. Akan tetapi, karena:
Amerika menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917.[127] AS membantu Sekutu, dan pada musim panas 1928 mengirim banyak sekali pasukan di bawah Jenderal John J. Pershing.[128] dan perang berakhir setahun kemudian dengan kekalahan Blok Sentral. Presiden Woodrow Wilson meminta Jerman menggulingkan Kaisar dan menerima Empat Belas Poin. Wilson juga mencoba mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, akan tetapi Amerika Serikat tidak bergabung karena kaum isolasionis di AS menolak traktat perjanjian.[129] Setelah Perang Dunia I, sebuah pandemi flu mewabah, dan menewaskan banyak orang di AS dan Eropa.[130] Selain itu, seusai Perang Dunia I, Amerika Serikat menjadi salah satu negara terkaya dan terkuat di dunia.[131]

Hak suara perempuan

Gerakan hak suara perempuan dimulai dengan Konvensi Seneca Falls pada 1848, digelar oleh Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott, serta Deklarasi Sentimen yang menuntut kesetaraan hak untuk perempuan. Banyak aktivis yang menjadi sadar secara politik selama gerakan abolisionis. Kampanye hak perempuan selama "feminisme gelombang pertama" dipimpin oleh Mott, Stanton, Susan B. Anthony, dll. Gerakan ini direorganisir setelah Perang Saudara, memperoleh para juru kampanye berpengalaman, banyak di antaranya telah berjuang untuk pelarangan di Women's Christian Temperance Union. Pada akhir abad ke-19 beberapa negara bagian di barat telah memberikan hak suara penuh untuk perempuan,[132] meskipun perempuan telah memperoleh kemenangan hukum yang signifikan, meraih hak dalam berbagai bidang seperti properti dan hak asuh anak.[133]
Sekitar 1912 gerakan feminis, yang dulunya tumbuh dengan lambat, mulai bangkit kembali, menekankan pada tuntutan untuk kesetaraan dan mengklaim bahwa korupsi dalam politik Amerika harus dibersihkan oleh perempuan karena laki-laki tidak mampu melakukannya.[134] Para pemrotes kemudian disebut suffragette. Alice Paul memimpin parade di ibukot adan kota-kota besar. Alice memisahkan diri dari Asosiasi Hak Suara Perempuan Amerika Nasional (AHSPAN), yang lebih menyukai pendekatan yang lebih moderat dan mendukung Partai Demokrat dan Woodrow Wilson, yang dipimpin oleh Carrie Chapman Catt. Alice mendirikan Partai Perempuan Nasional yang lebih militan. Para pejuang hak suara ditangkapi pada piket "Sentinel Sunyi" mereka di Gedung Putih, yang merupakan pertama kalinya cara tersebut dilakukan. Mereka kemudian dijadikan tahanan politik.[135]
Setelah Perang Dunia Pertama, semakin banyak negara bagian Barat yang memberi hak suara untuk perempuan. Salah satu tokoh perempuan pertama yang terpilih adalah Jeannette Rankin dari Montana. Kongres meloloskan Amandemen Kesembilan Belas pada 1919, dan perempuan berhak memilih pada 1920.[136]
AHSPAN berubah menjadi Liga Pemilih Perempuan, dan Partai Perempuan Nasional mulai menyerukan Amandemen Kesetaraan Hak. Pada 1928, hak suara perempuan memperoleh kekuatan setelah kelompok Katolik menyadari perlunya suara perempuan untuk memilih Al Smith, tokoh Katolik dari New York City. Sementara kelompok Protestan menggalang perempuan untuk memilih Herbert Hoover.[137]

Periode antar perang: 1919–1939

Pada tahun 1920-an, rasisme merebak. Ku Klux Klan semakin menguat dan mengincar orang kulit hitam, Katolik, Yahudi, dan imigran.[138] Orang-orang menuduh imigran dan pemimpin buruh (yang dituduh sebagai Bolshevik) bersalah atas perang dan masalah-masalah lain dalam sektor bisnis.[34][139]
1920-an merupakan era ledakan ekonomi dan kesejahteraan bagi Amerika Serikat. Pada masa ini, banyak orang Afrika-Amerika yang pindah dari Selatan ke kota-kota besar seperti New York City, Chicago, St. Louis, dan Los Angeles.[140] Mereka membawa musik jazz, sehingga tahun 1920-an dijuluki sebagai "Zaman Jazz".
Seusai Perang Dunia I, Amerika Serikat menetapkan kebijakan luar negeri yang isolasionis. Hukum dan traktat yang mengakhiri perang disetujui. AS juga menolak menjual senjata kepada mantan sekutunya.[141]
Warren G. Harding menjadi presiden pada tahun 1921. Ia meyakini bahwa jalan terbaik untuk memperbaiki ekonomi adalah bersahabat dengan bisnis-bisnis besar melalui pemotongan pajak dan pengurangan regulasi.[142] Performa ekonomi berlangsung dengan baik di bawah kebijakan ini. Akan tetapi, jurang antara yang kaya dan miskin semakin melebar.[143] Harding meninggal pada tahun 1923, dan Calvin Coolidge menggantikannya. Seperti Harding, Calvin Coolidge meyakini bahwa pemerintah tidak boleh campur tangan dalam urusan bisnis, sehingga ia meneruskan banyak kebijakan Harding.[144][145] Coolidge memutuskan untuk tidak menjadi kandidat dalam pemilu 1928 dan selanjutnya Herbert Hoover menjadi presiden.
Pada tahun 1929, Depresi Besar melanda Amerika Serikat. Bursa efek jatuh, dan banyak bank kehabisan uang dan ditutup.[146] Pada tahun 1932, lebih dari seperempat rakyat Amerika Serikat menjadi pengangguran.[147]
Herbert Hoover, yang menjadi presiden pada saat itu, mencoba menghentikan Depresi, tetapi gagal.[148] Pada tahun 1932, ia dikalahkan oleh Franklin D. Roosevelt dalam pemilu. Franklin D. Roosevelt melancarkan kebijakan New Deal, yaitu rangkaian program pemerintah yang memberikan bantuan, pemulihan, dan reformasi.[149] Contoh program pada New Deal adalah jaminan sosial, Works Progress Administration (pembangunan jalan, sekolah, gedung pemerintahan dan karya seni), dan Civilian Conservation Corps (memberikan anak muda pekerjaan untuk membantu lingkungan). Program-program seperti ini mempekerjakan jutaan warga Amerika, meskipun dengan gaji yang kecil.[150][151] New Deal seringkali disebut sebagai periode yang "menyelamatkan kapitalisme" dan menghentikan Amerika menjadi negara komunis atau fasis.[152] Meskipun New Deal berhasil meningkatkan ekonomi, kebijakan ini tidak mengakhiri Depresi Besar. Depresi ini diakhiri oleh Perang Dunia II.[153]

Perang Dunia II


Pasukan Amerika Serikat melakukan invasi di Pantai Omaha.
Perang Dunia II meletus pada 1 September 1939, dan Amerika Serikat menyatakan mereka tidak ingin terlibat. Sebagian besar warga Amerika merasa AS sebaiknya tetap netral.
Jepang mengebom Pearl Harbor pada 7 Desember 1941.[154] Akibatnya, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Blok Poros (Jerman, Jepang, dan Italia). Amerika Serikat terlibat dalam dua front, yaitu Front Pasifik melawan Jepang, dan Front Eropa dan Afrika melawan Jerman dan Italia.[155]
Pada 12 April 1945, Roosevelt meninggal dunia, dan digantikan oleh Harry Truman. Mussolini dieksekusi oleh partisan Italia pada 28 April.[156] Dua hari kemudian, Adolf Hitler bunuh diri.[157] Tentara Jerman menyerah di Italia pada 29 April dan di Eropa Barat pada 7 Mei.[158]
Pemimpin-pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, Jerman, pada 11 Juli. Mereka meminta agar Jepang menyerah tanpa syarat.[159] Jepang mengacuhkan seruan ini, sehingga AS menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945) untuk mengakhiri perang.[155] Enam hari setelah pengeboman, pada 15 Agustus, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September.

Perang Dingin


Tank Soviet berhadapan dengan tank AS di Checkpoint Charlie, pada 27 Oktober, selama Krisis Berlin 1961.
Setelah Perang Dunia II, Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi dua adidaya dunia. Perang Dingin merupakan periode ketegangan dan persaingan antara Soviet dan AS. Akan tetapi, tentara Amerika dan Soviet tidak pernah bertemu secara langsung dalam medan perang, namun bertempur secara tidak langsung, seperti dalam Perang Korea (1950-an) dan Perang Vietnam (1950-an-1970-an).[160][161] Kedua perang tersebut merupakan perang antara pemerintah Utara yang komunis (didukung oleh Soviet dan Republik Rakyat Cina), dan pemerintahan Selatan yang dibantu oleh AS. Perang Korea berakhir dengan pembagian Korea, sementara perang Vietnam dimenangkan oleh Vietnam Komunis setelah AS mundur dari Vietnam.[162] Selain itu, salah satu konflik penting pada masa ini adalah Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Selama krisis ini, AS dan Uni Soviet berada pada posisi yang sangat dekat untuk saling menyerang dengan senjata nuklir.[163]

Buzz Aldrin berjalan di permukaan Bulan.
Pada masa Perang Dingin, pemerintah mencoba mencari orang yang diduga sebagai Komunis. Orang yang diduga komunis akan kehilangan pekerjaan, masuk penjara, atau bakan terbunuh.[164] Banyak aktor dan pengarang yang masuk ke daftar hitam.[165][34] Peristiwa ini disebut sebagai "Red Scare".
Perlombaan senjata juga berlangsung antara Amerika Serikat dengan Soviet.[166] Amerika Serikat banyak menghabiskan dana untuk proyek-proyek pertahanan.[167] Selain perlombaan senjata, perlombaan luar angkasa juga berlangsung. Perlombaan ini dimulai ketika Soviet meluncurkan Sputnik pada tahun 1957.[168] Dalam beberapa tahun, baik AS maupun Soviet telah meluncurkan satelit, dan juga mengirimkan hewan dan manusia ke luar angkasa.[168] Pada tahun 1969, Apollo 11 berhasil mendaratkan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin di Bulan.
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat berubah pada tahun 1970-an ketika AS meninggalkan Vietnam dan Richard Nixon mengundurkan diri karena skandal Watergate.[34] Pada tahun 1970-an dan 1980-an, AS memiliki kebijakan "detente" (mengurangi ketegangan) dengan Uni Soviet.[169][170] Di bawah kepemimpinan Nixon dan Reagan, Amerika Serikat mengirimkan tentara dan uang ke negara-negara Amerika Latin agar mereka tidak menjadi komunis.[123] Pada masa ini pula, ekonomi menderita karena AS tidak memproduksi barang sebanyak dahulu, dan karena beberapa negara di Timur Tengah melakukan embargo minyak.[171]
Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Soviet pada Desember 1991.[172]

Era setelah Perang Dingin

Setelah berakhirnya Perang Dingin, Amerika Serikat menjadi "masyarakat post-industrial".[173] AS juga mulai mengalami defisit perdagangan.[174] Timur Tengah menjadi penting dalam kebijakan luar negeri AS, karena Amerika memperoleh miliaran barel minyak dari Timur Tengah. Banyak negara di Timur Tengah tidak peduli dengan AS karena Amerika merupakan sekutu Israel.[175] Pada tahun 1991, Amerika Serikat terlibat dalam Perang Teluk untuk mengusir invasi Irak dari Kuwait.
Pada tahun 1992, Bill Clinton menjadi presiden. Ia mengirim tentara ke Bosnia yang sedang dilanda oleh perang etnis.[176] AS juga setuju dengan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).[177] Akan tetapi, masa kepresidenan Clinton dinodai oleh skandal seks dengan sekretarisnya yang bernama Monica Lewinsky.[178]
George W. Bush memenangkan pemilu pada tahun 2000. Pada masa jabatannya, Serangan 11 September terjadi. Akibat serangan tersebut, World Trade Center runtuh, dan ribuan warga Amerika tewas. Bush lalu menyetujui USA Patriot Act, yang memperbolehkan pemerintah untuk mengumpulkan informasi mengenai orang Amerika yang diduga sebagai teroris. AS dan NATO lalu pergi ke Afganistan untuk mencari Osama bin Laden dan orang lain yang merencanakan Serangan 11 September. Selanjutnya, AS menyerang Irak pada tahun 2003 karena Saddam Hussein diduga memiliki senjata pemusnah massal.[179] Pada tahun 2005, Amerika Serikat bagian selatan dilanda oleh badai besar yang disebut Badai Katrina. Partai Demokrat memenangkan kembali Kongres pada tahun 2006 karena warga Amerika tidak menyukai kebijakan Bush mengenai Perang Irak dan Katrina.[180]
Pada tahun 2008, Barack Obama terpilih sebagai presiden Afrika-Amerika pertama.[181] Ia terpilih pada masa resesi terburuk semenjak Depresi Besar. Pada awal jabatannya, Obama dan Kongres menyetujui reformasi terhadap perawatan kesehatan dan perbankan. Pemerintah juga memberikan stimulus untuk membantu ekonomi selama resesi.[182] Selama masa resesi, pemerintah menghabiskan banyak dana untuk menjaga industri perbankan dan otomotif dari kejatuhan. Selain krisis finansial, Obama juga harus menyelesaikan masalah kebocoran minyak Deepwater Horizon yang terjadi pada Juni 2010.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Amerika_Serikat
Sejarah Amerika Serikat Sejarah Amerika Serikat Reviewed by Jordan on 1:31 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.